Dalam jagat literasi 2025, ada banyak buku yang sedang mencuri perhatian—dengan kisah yang menyentuh hati, membakar semangat, atau sekadar bikin mata nggak bisa lepas dari halaman. Ini bukan sekadar bacaan, tapi pengalaman yang nge-fuel obrolan panas di media sosial, mengundang tawa, air mata, dan rasa ingin tahu yang belum pernah padam.
Ambil contoh “Onyx Storm,” sang penyihir romantasy yang kini menjadi fenomena global. Granada-nya ya bukan cuma karena adanya naga dan sihir, tapi karena empati mendalam pada karakter dan dunia yang terasa hidup, seperti tujuan bocoran emosi yang membara di hati pembaca. Buku ketiga dari seri Empyrean ini udah jadi jawara bestseller, dan perbincangan soal cliffhanger-nya sering muncul di grup chat bahkan hingga pagi-pagi.
Artikel Terkait : Ulasan Buku Funiculi Funicula: Ngopi, Nostalgia, dan Kesempatan Kedua
Artikel Rekomendasi Cakwar.com : Service iPhone Cepat di Surabaya Barat
Beralih ke ranah non-fiksi, ada “The Let Them Theory” karya Mel Robbins yang merajai rak buku non-fiksi. Formula sederhana tapi powerful: belajar ngelepas kontrol terhadap hal-hal di luar kendali kita. Tagline “Let Them” udah jadi mantra zen di timeline media sosial—dari tattoo sampai stories motivasi pagi. Goodreads dan TikTok penuh dengan orang-orang yang bilang buku ini bikin hidup mereka jadi lebih adem dan penuh ruang bernapas lebih leluasa.
Lalu, ada “Algospeak: How Social Media Is Transforming the Future of Language” oleh Adam Aleksic, yang bener-bener meledak di kalangan linguistik pop culture. Kita semua pernah ngalamin slang-nya—dari “rizz” sampai “skibidi”—tapi buku ini ngajak kita untuk percaya bahwa bahasa kita lagi berevolusi karena algoritma media sosial. Santai, tapi cerdas. Akademik tapi nggak jawab pembaca, bikin kita sadar bahwa bahasa itu hidup dan selalu berubah.
Tak ketinggalan, novel terbaru dari R.F. Kuang, “Katabasis,” yang baru rilis akhir Agustus ini. Kisahnya dibumbui fantasi, diferensiasi akademik, dan kritik tajam terhadap industri penerbitan. Hal paling bikin heboh: hak adaptasinya udah dijual ke Amazon MGM untuk dijadikan serial—dan penonton bakal dapet visual dari dunia yang sarat simbolisme dan kritik sosial.
Sementara itu, kita juga melihat gelombang literasi non-Inggris yang makin meledak. Han Kang, peraih Nobel Sastra 2024, menghadirkan “We Do Not Part” dalam terjemahan Inggris mulai Januari lalu. Rilisnya semacam gelombang harapan—tapi juga refleksi hati. Kisahnya tentang trauma, sejarah Jeju, dan perjalanan haru dalam bahasa yang puitis, berhasil nembus list “most anticipated” dan masuk rekomendasi banyak majalah besar.
Dan ya, ngomongin buku yang bener-bener bikin sesak, jangan lupa “Broken Country” oleh Clare Leslie Hall. Debut thriller-romansa yang sukses bikin Amanda Lambe nyaris nangis bombastis sampai bilang dia jadi “gibbering wreck” cuma dalam 24 jam. Reaksinya jadi tren dan bikin orang rela begadang cuma untuk sampai halaman terakhir.
Kalau kita simpulkan, literatur tahun ini bukan hanya soal cerita yang kuat, tapi soal bagaimana buku itu menghidupkan perasaan dan obrolan. Dari romantasy dengan lebih banyak sabetan emosi (“Onyx Storm”), self-help yang jadi filosofi hidup (“The Let Them Theory”), eksplorasi bahasa baru era digital (“Algospeak”), kritik dan fantasi akademik (“Katabasis”), puisi sejarah dan trauma (“We Do Not Part”), hingga thriller yang bikin nangis di pojok kamar (“Broken Country”)—setiap buku ini punya kekuatannya sendiri untuk menembus hati.
Di tengah timeline yang penuh swipe dan scroll, tahun ini buku bukan cuma dibaca—tapi dirasakan, dibagikan, dan dibicarakan seperti teman lama yang kembali mengobrol di tengah malam. Dan itu, sahabat, adalah tanda bahwa literasi kita sedang berada di puncak gelombang emosional yang memukau.
Yudo Sadewa Ngaku Cuma Bercanda Usai Sindir Sri Mulyani Agen CIA, Postingan Viral di Threads September 10, 2025 Rahmat Yanuar Nama Yudo Sadewa mendadak jadi bahan perbincangan warganet pada Selasa,...
Read MoreDesa Kasepuhan Cipta Gelar Simpan Cadangan Padi untuk 95 Tahun ke Depan September 10, 2025 Rahmat Yanuar Di tengah isu krisis pangan global, ada satu desa di Jawa Barat yang...
Read MoreKopi Hitam Bikin Kita Gak Ngantuk, Real atau Fake? September 10, 2025 Rahmat Yanuar Bicara soal kopi, rasanya hampir semua orang punya cerita masing-masing. Dari yang minum untuk memulai hari,...
Read More3 Poin Pernyataan Prabowo soal Demo Sepekan: Dari Cabut Tunjangan DPR hingga Undang Mahasiswa September 10, 2025 Rahmat Yanuar Aksi demo besar yang berlangsung sepekan terakhir di berbagai daerah akhirnya...
Read MoreTips Membeli MacBook Second untuk Desain dari Mas Asfari Erlangga, Teknisi Ijoe Spesialis MacBook September 9, 2025 Rahmat Yanuar Buat para desainer grafis, memilih perangkat kerja itu nggak bisa asal....
Read MoreLowongan Kerja Teknisi MacBook dan iPhone: Persiapan, Peluang, dan Janji Hidup Layak August 28, 2025 Rahmat Yanuar Teknisi Apple: Profesi yang Semakin Dicari Di era digital seperti sekarang, perangkat Apple...
Read More7 Ciri Layar iPad Rusak yang Harus Kamu Waspadai August 28, 2025 Rahmat Yanuar Buat kamu pengguna iPad, layar adalah komponen paling penting yang harus dijaga. Tanpa layar yang normal,...
Read MoreTips Supaya Performa iPad Ngebut Bak Ultra Sonic — Biar Multitasking Lancar Tanpa Drama August 27, 2025 Rahmat Yanuar Pernah ngerasain iPad yang tiba-tiba lemot padahal baru dibeli? Tenang —...
Read More© 2025 Cak War Company | CW | Contact Us | Accessibility | Work with us | Advertise | T Brand Studio | Your Ad Choices | Privacy Policy | Terms of Service | Terms of Sale | Site Map | Help | Subscriptions