Buku Self-Improvement yang Lagi Hits di Kalangan Mahasiswa dan Anak Muda

Beberapa tahun terakhir, tren membaca di kalangan mahasiswa dan anak muda mulai bergeser. Jika dulu novel fiksi mendominasi rak buku, kini karya bertema self-improvement atau pengembangan diri semakin populer. Bukan tanpa alasan, generasi muda menghadapi berbagai tekanan mulai dari tugas kuliah yang menumpuk, persaingan dunia kerja yang ketat, sampai tuntutan sosial yang terus meningkat. Buku self-improvement pun hadir sebagai teman refleksi, motivator pribadi, sekaligus peta jalan untuk menjalani hidup dengan lebih terarah.

Popularitas buku self-improvement bisa dilihat dari bagaimana karya semacam ini ramai dibicarakan di media sosial. Di TikTok, Instagram, hingga Twitter, banyak mahasiswa merekomendasikan buku favorit mereka sambil membagikan kutipan inspiratif. Dari sana lahirlah fenomena yang dikenal sebagai “BookTok” yang sukses membuat sejumlah buku self-improvement melonjak penjualannya. Anak muda kini tidak lagi hanya membaca untuk hiburan, tetapi juga mencari jawaban dan arahan hidup lewat buku.

Isi buku self-improvement biasanya sederhana namun relevan. Topiknya bisa tentang bagaimana membangun kepercayaan diri, mengatasi rasa malas, menghadapi kegagalan, hingga menemukan makna hidup. Beberapa buku bahkan membahas isu spesifik seperti overthinking, produktivitas, dan kesehatan mental. Yang membuatnya menarik adalah gaya bahasa yang ringan dan mudah dicerna, sehingga cocok untuk pembaca muda yang baru memulai perjalanan memahami diri sendiri.

Contoh buku yang sempat ramai dibicarakan adalah karya-karya yang menekankan pentingnya membangun kebiasaan kecil setiap hari. Buku semacam ini mengajarkan bahwa perubahan besar berawal dari langkah sederhana. Daripada memaksakan diri untuk langsung sempurna, lebih baik fokus pada progress yang konsisten. Pesan ini terasa sangat relate dengan mahasiswa yang sering kali terjebak dalam pola menunda pekerjaan atau cepat menyerah ketika gagal.

Selain itu, banyak juga buku yang membicarakan pentingnya mengenal diri sendiri. Anak muda sering kali terbawa arus ekspektasi orang tua atau tekanan sosial sehingga kehilangan arah. Buku self-improvement hadir untuk mengingatkan bahwa setiap orang punya jalannya masing-masing. Alih-alih hanya mengejar standar kesuksesan orang lain, mahasiswa didorong untuk mencari tahu apa yang benar-benar membuat mereka bahagia.

Tidak bisa dipungkiri, tren buku self-improvement juga punya kaitan erat dengan isu kesehatan mental. Generasi muda lebih terbuka membicarakan stres, kecemasan, dan depresi dibanding generasi sebelumnya. Buku-buku ini memberikan ruang aman untuk memahami emosi sekaligus menawarkan tips praktis dalam menghadapinya. Misalnya, teknik sederhana untuk mengatur pola pikir positif, cara menenangkan diri ketika overthinking, atau metode mengelola waktu agar tidak merasa terbebani.

Bagi mahasiswa, buku self-improvement punya nilai praktis yang langsung terasa. Banyak yang mengaku termotivasi setelah membaca, bahkan ada yang menjadikan kutipan dari buku sebagai pengingat sehari-hari. Tidak sedikit pula yang merasa lebih percaya diri menghadapi ujian, sidang, atau wawancara kerja setelah mempraktikkan tips dari buku. Dengan kata lain, self-improvement bukan hanya tentang teori tetapi juga soal aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Meski begitu, penting juga untuk bersikap kritis. Buku self-improvement bukan solusi instan untuk semua masalah. Membaca tanpa aksi hanya akan menjadikannya koleksi kutipan motivasi belaka. Ada kalanya isi buku terasa repetitif atau terlalu umum, sehingga pembaca harus pandai memilih karya yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka. Yang terpenting adalah menjadikan buku sebagai alat bantu, bukan pengganti usaha nyata.

Fenomena self-improvement ini juga menunjukkan perubahan budaya membaca di kalangan anak muda. Jika dulu membaca dianggap aktivitas serius dan membosankan, kini membaca bisa jadi gaya hidup yang keren. Foto buku dengan highlight berwarna, catatan reflektif di jurnal, atau ulasan singkat di media sosial, semua itu membuat kegiatan membaca terasa lebih relevan dengan dunia digital.

Pada akhirnya, buku self-improvement bukan hanya tentang mengubah cara berpikir tetapi juga tentang memberi semangat bahwa setiap orang mampu berkembang. Mahasiswa dan anak muda yang sedang mencari arah hidup bisa menemukan inspirasi di dalamnya. Tidak ada jaminan hidup akan langsung mudah, tetapi setidaknya dengan membaca, mereka merasa tidak sendirian dalam perjalanan.

Jadi, bagi siapa pun yang sedang merasa bingung, lelah, atau butuh motivasi tambahan, mencoba membaca buku self-improvement bisa menjadi langkah awal yang menyegarkan. Karena terkadang, satu kalimat sederhana dari sebuah buku bisa jadi pemicu perubahan besar dalam hidup seseorang.

#TERBARU

#TEKNOLOGI

CakWar.com

Dunia

Politik Internasional

Militer

Acara

Indonesia

Bisnis

Teknologi

Pendidikan

Cuaca

Seni

Ulas Buku

Buku Best Seller

Musik

Film

Televisi

Pop Culture

Theater

Gaya Hidup

Kuliner

Kesehatan

Review Apple Store

Cinta

Liburan

Fashion

Gaya

Opini

Politik Negeri

Review Termpat

Mahasiswa

Demonstrasi

© 2025 Cak War Company | CW | Contact Us | Accessibility | Work with us | Advertise | T Brand Studio | Your Ad Choices | Privacy Policy | Terms of Service | Terms of Sale | Site Map | Help | Subscriptions