Padel, Olahraga Kekinian yang Sedang Jadi Sorotan Dunia

Jika dulu tenis dan badminton jadi primadona di dunia olahraga raket, kini ada bintang baru yang muncul dengan cepat. Namanya padel. Olahraga ini lahir di Meksiko pada akhir 1960-an, namun baru dalam beberapa tahun terakhir popularitasnya benar-benar meledak di seluruh dunia. Padel menawarkan sesuatu yang berbeda, menggabungkan energi tenis dengan keseruan squash, tapi dengan aturan yang lebih sederhana dan sifat permainan yang lebih inklusif.

Bagi banyak orang, daya tarik padel ada pada kemudahannya. Seseorang yang belum pernah memegang raket sekalipun bisa dengan cepat menikmati permainan. Lapangannya lebih kecil dari tenis, dikelilingi dinding kaca atau kawat yang membuat bola bisa memantul kembali, sehingga permainan terus hidup. Karena dimainkan berpasangan, atmosfernya pun lebih sosial. Alih-alih sekadar olahraga, padel terasa seperti ajang nongkrong sehat yang penuh tawa dan kompetisi ringan.

Ledakan popularitas padel bukan isapan jempol. Data terbaru menunjukkan ribuan lapangan padel baru dibangun setiap tahun di berbagai belahan dunia. Eropa menjadi pusat terbesar, terutama Spanyol yang bisa disebut rumah kedua padel. Hampir setiap kota besar di sana punya klub padel, dan turnamen internasional berlangsung rutin. Fenomena ini kemudian menyebar ke Amerika, Timur Tengah, hingga Asia. Bahkan hotel-hotel mewah kini mulai menyediakan lapangan padel sebagai fasilitas premium, selevel dengan lapangan golf atau spa eksklusif.

Di Indonesia sendiri, padel mulai mencuri perhatian. Olahraga ini sudah dipertandingkan dalam ajang demonstrasi di PON, dan ada wacana untuk memasukkannya ke SEA Games. Beberapa kota besar mulai membangun lapangan padel, terutama di Jakarta, Bali, dan Surabaya. Komunitasnya berkembang cepat, ditopang oleh rasa penasaran masyarakat urban yang selalu haus akan tren baru. Melihat tren global, tidak berlebihan jika padel diproyeksikan bisa jadi salah satu olahraga populer di Asia Tenggara dalam beberapa tahun mendatang.

Lalu apa yang membuat padel terasa spesial dibanding olahraga raket lain. Pertama, padel lebih ramah pemula. Tenis sering dianggap butuh teknik tinggi sejak awal, sementara squash cukup melelahkan bagi yang tidak terbiasa. Padel berada di tengah, menantang namun tetap accessible. Kedua, faktor sosial membuatnya lebih menyenangkan. Karena selalu dimainkan ganda, ada banyak interaksi, kerja sama, dan canda tawa. Ketiga, ritme permainan yang dinamis membuatnya seru ditonton. Itulah kenapa banyak turnamen padel sekarang disiarkan langsung dan ditonton ribuan orang.

Selebriti dunia juga ikut meramaikan hype ini. David Beckham, Rafael Nadal, bahkan Serena Williams tercatat sering bermain padel. Dukungan para figur publik ini jelas mendorong citra padel makin glamor dan dekat dengan gaya hidup modern. Brand besar seperti ASICS dan Adidas pun masuk ke pasar padel dengan merilis raket dan sepatu khusus. Jika sebuah olahraga sudah masuk ke radar brand global, artinya potensi ekonominya memang besar.

Dari sisi kesehatan, padel menawarkan banyak manfaat. Kalori yang terbakar cukup tinggi, sekitar 500 kalori per jam, tapi tubuh tidak terasa seberat jika bermain olahraga kontak fisik. Koordinasi mata dan tangan meningkat, refleks lebih tajam, serta jantung terlatih dengan baik. Karena dimainkan di lapangan lebih kecil, risiko cedera besar pun relatif lebih rendah dibanding olahraga raket lain. Tidak heran jika banyak dokter olahraga mulai merekomendasikan padel sebagai aktivitas ideal untuk menjaga kesehatan sambil tetap fun.

Namun tentu saja, popularitas padel bukan tanpa tantangan. Pertama adalah infrastruktur. Tidak semua negara punya cukup lapangan padel, dan membangunnya butuh investasi besar. Kedua, ada risiko padel hanya jadi tren sesaat. Tapi melihat bagaimana komunitasnya berkembang pesat dan ekosistem turnamen internasional semakin solid, kemungkinan padel akan bertahan lama cukup besar. Ketiga, tantangan integrasi ke ajang multi-event seperti Olimpiade. Saat ini padel sedang dalam proses lobi agar bisa resmi dipertandingkan di Olimpiade Los Angeles 2028. Jika berhasil, posisinya akan makin kokoh sebagai olahraga global.

Di era ketika orang semakin mencari kombinasi antara olahraga, hiburan, dan komunitas, padel hadir di waktu yang tepat. Ia bukan hanya memberi keringat, tetapi juga menghadirkan pengalaman sosial yang membuat pemain betah kembali lagi. Setiap kali raket bertemu bola dan bola memantul ke dinding kaca, ada semacam adrenalin sekaligus kegembiraan yang menular.

Jadi, jangan heran jika dalam waktu dekat lapangan padel akan semakin banyak bermunculan di Indonesia. Siapa tahu, padel bisa jadi olahraga urban yang mendampingi futsal dan basket sebagai aktivitas favorit anak muda. Tren dunia sudah jelas bergerak ke arah itu. Sekarang tinggal bagaimana masyarakat kita siap menyambutnya, apakah sekadar ikut-ikutan tren atau benar-benar menjadikan padel bagian dari gaya hidup sehat yang menyenangkan.

Satu hal yang pasti, padel tidak lagi bisa dianggap sebagai olahraga pinggiran. Ia adalah fenomena baru yang sedang mengubah cara kita melihat olahraga raket. Dari sekadar permainan santai, padel telah berevolusi menjadi simbol pertemuan antara sportivitas, gaya hidup modern, dan semangat kebersamaan.

#TERBARU

#TEKNOLOGI

CakWar.com

Dunia

Politik Internasional

Militer

Acara

Indonesia

Bisnis

Teknologi

Pendidikan

Cuaca

Seni

Ulas Buku

Buku Best Seller

Musik

Film

Televisi

Pop Culture

Theater

Gaya Hidup

Kuliner

Kesehatan

Review Apple Store

Cinta

Liburan

Fashion

Gaya

Opini

Politik Negeri

Review Termpat

Mahasiswa

Demonstrasi

© 2025 Cak War Company | CW | Contact Us | Accessibility | Work with us | Advertise | T Brand Studio | Your Ad Choices | Privacy Policy | Terms of Service | Terms of Sale | Site Map | Help | Subscriptions